Tanah Bergeser di Garut, Warga Dengar Suara Ledakan
Liputan6.com, Garut - Fenomena alam pergerakan tanah terjadi di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Seratus lebih rumah rusak akibat pergerakan tanah yang melanda Desa Sindangsari, Kecamatan Cisompet.
"Sampai sekarang setidaknya ada 128 rumah yang mengalami rusak sedang dan berat akibat pergerakan tanah yang sudah terjadi kemarin (Jumat 19 Februari 2016)," ucap Komandan Koramil Cisompet, Samud yang meninjau langsung lokasi bencana bersama anggotanya di Garut, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (20/2/2016).
Samud menuturkan, pergerakan tanah itu sudah dirasakan warga di Dusun Ciawi dan Dusun Lengkong pada Jumat 19 Februari malam. Menurut dia rumah yang berada di titik bencana pergerakan tanah tersebut diperkirakan sebanyak 243 rumah.
"Sampai sekarang setidaknya ada 128 rumah yang mengalami rusak sedang dan berat akibat pergerakan tanah yang sudah terjadi kemarin (Jumat 19 Februari 2016)," ucap Komandan Koramil Cisompet, Samud yang meninjau langsung lokasi bencana bersama anggotanya di Garut, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (20/2/2016).
Samud menuturkan, pergerakan tanah itu sudah dirasakan warga di Dusun Ciawi dan Dusun Lengkong pada Jumat 19 Februari malam. Menurut dia rumah yang berada di titik bencana pergerakan tanah tersebut diperkirakan sebanyak 243 rumah.
BACA JUGA
"Pergerakan tanah itu membuat sawah dan jalan terjadi rekahan, tembok rumah retak, dan terjadi pergeseran," beber dia.
Ia menyebutkan hasil peninjauan rekahan tanah sekitar 10 centimeter, bahkan ada tanah yang ambles membuat rumah bergeser. Bencana di kawasan pegunungan itu terjadi setelah hujan deras mengguyur daerah tersebut setiap hari.
"Kontur tanah di pegunungan dan kondisi tanah yang labil menyebabkan terjadinya pergerakan tanah meluas," papar Samud.
Sementara warga yang rumahnya rusak diungsikan ke rumah tetangga dan saudara untuk menghindari bahaya dari bencana tersebut. Sedangkan warga yang rumahnya tidak rusak di kawasan pergerakan tanah itu masih bertahan di rumahnya masing-masing.
"Masih ada warga yang bertahan, tapi tetap kami imbau untuk selalu waspada dari ancaman bahaya bencana," ujar Samud.
Ia menyebutkan hasil peninjauan rekahan tanah sekitar 10 centimeter, bahkan ada tanah yang ambles membuat rumah bergeser. Bencana di kawasan pegunungan itu terjadi setelah hujan deras mengguyur daerah tersebut setiap hari.
"Kontur tanah di pegunungan dan kondisi tanah yang labil menyebabkan terjadinya pergerakan tanah meluas," papar Samud.
Sementara warga yang rumahnya rusak diungsikan ke rumah tetangga dan saudara untuk menghindari bahaya dari bencana tersebut. Sedangkan warga yang rumahnya tidak rusak di kawasan pergerakan tanah itu masih bertahan di rumahnya masing-masing.
"Masih ada warga yang bertahan, tapi tetap kami imbau untuk selalu waspada dari ancaman bahaya bencana," ujar Samud.